BRALING.CO, PURBALINGGA – Setidaknya ada dua pekerjaan rumah bagi penyandang disabilitas ketika memasuki dunia kerja berbasis digital.
“Pekerjaan rumah utama kita ada dua hal. Pertama, terkait stigma negatif terhadap difabel, maka kampanye mainstreaming isu difabel dibutuhkan,” kata Direktur Yayasan Difapedia Indonesia Inklusi, Mukhanif Yasin Yusup
“Kedua, kesejahteraan sosial-ekonomi difabel,” imbuh Mukhanif dalam keterangan pers yang diterima braling.co.
Mukhanif mengatakan itu ketika melakukan studi visit ke Institut Teknologi Telkom Purwokerto bersama peserta Pesantren Digital Inklusi Difapedia, 28 Desember 2022.

Program Pesantren Digital Inklusi Difapedia diinisasi Yayasan Difapedia Indonesia Inklusi Purbalingga dan didukung Baznas dan Institut Teknologi Telkom Purwokerto.
Peserta yang berasal dari kaum difabel dan non-difabel mendapatkan materi tentang web development dan digital marketing.
Menurut Mukhanif, pesantren digital inklusi menjadi salah satu cara untuk mengikis stigma bahwa penyandang disabilitas tidak bisa bekerja di bisnis berbasis digital.
Materi yang Aplikatif.
Peserta difabel daksa, Yuli Nuryanto yang menjadi peserta program itu merasa bersyukur bisa mengikuti program tersebut.
“Pelatihanya sangat menyenangkan dan Penjelasan materi mudah dimengerti dan diterapkan di sektor web development” kata Yuli.
Baca Juga: Pesantren Digital Inklusi di Ponpes Al Itqon; Pesantren Kilat Belajar Skill Digital dan Agama
Dalam melaksanakan program tersebut, Institut Teknologi Telkom menghadirkan sejumlah dosen sebagai pemateri di pesantren digital.
Mereka adalah Novian Adi Prasetyo dan Dimas Fanny Hebrasianto Permadi untuk Web Development. Serta Syarif Hidyatullah dan Nabila untuk Digital Marketing.
Novian Adi Prasetyo berharap peserta program pesantren digital bisa menerapkan ilmu yang didapatkan selama pelaksanaan program, dalam dunia kerja.
Be the first to write a comment.