BRALING.COM, PURBALINGGA – Jika ingin memaksimalkan penjualan homestay di Purbalingga, maka pemilik homestay harus melajukan pemasaran lewat ranah digital. Pengelola homestay harus berani meniru pemasaran ala hotel.

Hal tersebut terungkap dalam Pembinaan Usaha Akomodasi Homestay yang digelar Dinas Kepemudaan Olah Raga dan Pariwisata (Disporapar) Provinsi Jawa Tengah dan Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata (Dinporapar) Purbalingga di Owabong Cottage, 20 Maret 2019.

Pembinaan diikuti oleh 35 pemilik homestay dari sejumlah desa wisata. Narasumbernya, Supriyono (Bank Jateng Cabang Purbalingga), Alif Fauzi (Praktisi Homestay dari Desa Wisata Dieng Kulon, Banjarnegara), Abdan Munawir (Lembaga Sertifikasi Usaha Sertifindo Wisata Utama Semarang) dan Muhamad Syaikul Islam (CV Dipo Creativindo Semarang).

Syaikul mengatakan, wisatawan yang akan datang ke suatu kota dan membutuhkan penginapan, cenderung membuka internet dan mencarinya seperti di Traveloka, Airy, Toyo dan aplikasi lainnya. Hanya dengan handphone, ketika mencari penginapan semuanya teratasi.

“Namun saya melihat, pelaku homestay di Purbalingga belum yang memanfaatkan aplikasi ini untuk menjual homestaynya. Paling tidak, pemilik homestay bisa mendaftarkan promosinya di Google Bisnisku. Dengan cara ini, letak homestay kita dapat dicari dengan mudah,” kata Syaikul.

Abdan Munawir mengatakan, standar usaha produk wisata termasuk homestay terbagi menjadi tiga aspek, yakni produk, pelayanan dan pengelolaan.

“Untuk menciptakan pelayanan yang baik, selain 28 sub unsur yang harus dipenuhi, juga harus didukung sumberdaya manusia yang profesional dan memahami betul hospitality,” kata Abdan.

Praktisi homestay Alif Fauzi berkata, homestay tidak akan bersaing dengan hotel, karena homestay merupakan akomodasi yang mampu memberikan interaksi dengan penduduk setempat.

Beda dengan hotel, wisatawan yang menginap di homestay layaknya seperti kerabat sendiri yang datang. Mereka harus disambut dengan ramah tamah dan diajak berinteraksi dengan pemilik rumah.

Kepala Bidang Pariwisata pada Dinporapar Purbalingga, Prayitno menjelaskan, pelaku homestay di desa wisata harus mengambil peluang dengan datangnya wisatawan. Apalagi, aksesabilitas menuju Purbalingga semakin dipermudah.

Pada tahun 2017 wisatawan hanya 2,53 juta, namun pada tahun 2018 mampu mencapai 3,8 juta. Dari jumlah ini sebanyak 884 ribu disuplai dari wisatawan yang berkunjung ke desa wisata.

“Desa wisata menjadi wisata alternatif wisatawan yang datang ke suatu tempat, termasuk ke Purbalingga. Oleh karenanya, pelaku desa wisata termasuk di dalamnya pengelola homestay, harus siap menyambut wisatawan ini,” kata Prayitno.

“Jangan sampai peluang yang baik di masa mendatang disia-siakan begitu saja. Apalagi, bandara jenderal Besar Soedirman pada tahun 2020 sudah beroperasi dan ini akan semakin mempermudah akses wisatawan yang datang ke Purbalingga,” kata Prayitno menambahkan.