BRALING.COM, PURBALINGGA – Rencana pelepasan lampion dalam gelaran Festival Kutabawa, yangakan digelar di Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, pertengahan Desember 2016 ini dikritisi. Aksi pelepasan lampion dinilai berisiko merusak kelestarian lingkungan.
“Tolong jangan ada pesta lampion,” tulis salah satu pegiat kampanye pro-fauna yang tinggal di Purwokerto, Satrio Hapsoro. Pernyataan tentang agenda di Festival Kutabawa itu dibuat Rio, lewat akun instagram pribadinya. Festival Kutabawa 2016 menjadi bagian dari Festival Gunung Slamet 2016.
Baca : Purbalingga Siap Gelar Kongres Gunung di Desember 2016!
Rio mengatakan bahwa sudah banyak kasus kebakaran hutan hingga kematian satwa-satwa liar seperti penyu hingga lumba-lumba. Tidak hanya itu, penerbangan lampion maupun balon udara tanpa awak juga berisiko terhadap dunia penerbangan.
Kasus semacam itu pernah terjadi di banyak negara di dunia. Karena itu, tidak heran jika negara seperti AS, Inggris, Australia, Brazil, hingga Spanyol melarang secara resmi penerbangan lampion ataupun balon udara tanpa awak.
“Perayaan dengan lampion atau balon gas, mirip buang sampah sembarangan, liar, nggak tau di mana akan jatuh. Silahkan googling flying lantern ban, educate yourself,” kata Rio.
Sebagai informasi, tahun 2015, Kabupaten Wonosobo batal menggelar Festival Balon Udara karena mendapat Surat Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah III tanggal 15 Juli 2015 Perihal Peraturan Penerbangan Balon Udara Bebas Tanpa Awak.
Dikutip dari Radar Kedu, Pemkab Wonosobo juga mendapat Surat Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah III tanggal 18 Juli 2015 Perihal Pelarangan Penerbangan Balon Hias. Dan, Surat District Manager AirNav Indonesia tertanggal 24 Juli 2015 Perihal Pelarangan Penerbangan Balon Hias/Lampion.
BANGKIT WISMO
Be the first to write a comment.